”Ini kejutan buat saya dan istri,” tutur Bagus.
Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Pada Selasa malam, bayi kedua yang memiliki berat lahir 459 gram meninggal dunia. Pada Kamis (22/8) siang, bayi ketiga yang berjenis kelamin perempuan dan yang memiliki bobot paling kecil, 353 gram, juga meninggal.
Ketiga bayi lain, yaitu bayi pertama, keempat, dan kelima, masih dirawat di ruang perawatan intensif bayi baru lahir (NICU) Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita (RSAB HK), Jakarta Barat. Bayi keempat memiliki bobot paling besar, yaitu 499 gram.
”Tidak mudah menangani bayi dengan berat serendah itu,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSAB HK Didi Danu Kusumo. Di negara-negara maju pun, hasil penanganan bayi ekstra kecil juga sulit diprediksi.
Terlebih lagi usia kehamilan ibu saat melahirkan kelima bayi tersebut baru 24 minggu. Kelahiran normal terjadi saat usia kehamilan 38 minggu-42 minggu. Itu berarti, saat lahir, bebeberapa organ tubuh bayi, seperti jantung, paru-paru, ataupun sistem pencernaan, baru berkembang.
”Secara alamiah, bayi 24 minggu belum siap dilahirkan,” lanjut Didi.
Sama seperti bayi-bayi yang lahir prematur (sebelum waktunya) yang lain, mereka berisiko mengalami gagal napas, penurunan kadar gula darah, hingga penurunan suhu tubuh.
Kelima bayi itu terpaksa dilahirkan tim dokter RSAB HK pada Selasa pagi karena perdarahan terus-menerus yang dialami sang ibu. Kondisi itu disertai penurunan tekanan darah dan denyut nadi ibu yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
”Jika (kelima bayi itu) tidak dilahirkan, ibu akan mengalami perdarahan terus dan membahayakan ibunya,” kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSAB HK yang menangani kasus ini, Gatot Abdurrazak.
Potensi
Kasus bayi kembar lima ini merupakan yang kedua yang ditangani RSAB HK. Kasus pertama terjadi pada November 2002. Anak kembar lima yang kini berusia 11 tahun itu diklaim semuanya tumbuh sehat.
Hal yang membedakan, ungkap Gatot, bayi kembar lima pertama lahir saat usia kehamilan ibu 28 minggu, postur tubuh ibu tinggi dan bobot setiap bayi sekitar 1.000 gram.
Sementara itu, ibu bayi kembar lima kedua memiliki postur lebih pendek. Saat kehamilan 24 minggu, ia sudah tidak bisa berjalan akibat tak mampu menahan beban kandungan.
Menurut Gatot, bayi kembar lima yang dilahirkan Enita tidak ada yang identik alias kembar fraternal. Artinya, kelima bayi itu berasal dari lima sel telur yang dibuahi lima sel sperma berbeda.
Banyaknya sel telur yang dibuahi itu disebabkan sang ibu meminum obat penyubur kandungan, bukan karena mengikuti program bayi tabung. Obat ini memang diperlukan hanya jika jumlah sel telur ibu kurang. Kondisi itu didukung kualitas sperma suami yang sehat hingga mampu membuahi lima sel telur sekaligus.
Selain penggunaan obat-obatan penyubur kandungan, kelahiran bayi kembar juga dapat terjadi pada ibu yang hamil pada usia lebih dari 30 tahun dan memiliki riwayat keluarga yang juga memiliki anak kembar.
Data American Society for Reproductive Medicine menunjukkan potensi kehamilan kembar lebih banyak pada ibu dengan tinggi badan lebih dari rata-rata dan mengalami obesitas. Potensi hamil kembar perempuan dari ras Afro-Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan wanita Kaukasia atau Asia.
Kehamilan kembar dapat dideteksi sejak trimester pertama (di bawah 12 minggu) dengan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan deteksi dini, sejumlah upaya medik bisa dilakukan untuk mengupayakan ibu dan bayi lahir selamat pada waktunya.
Penuh risiko
Dalam keadaan normal saja, kehamilan dan kelahiran tunggal merupakan proses yang penuh risiko, baik bagi ibu maupun sang bayi. Risiko itu bukan hanya berupa gangguan kesehatan, melainkan juga kematian.
”Makin banyak bayi yang dikandung, makin besar pula risikonya,” ujar Gatot.
Risiko terbesar kehamilan kembar adalah lahir prematur. Penelitian JA Martin, dkk, ”Births: Final Data for 2006” dalam National Vital Statistics Report Volume 57, Nomor 7, 2009, menyebutkan, 60 persen bayi kembar dua, 90 persen bayi kembar tiga, dan semua kembar empat atau lebih dilahirkan prematur.
Jika kelahiran dari kehamilan tunggal terjadi pada usia hamil rata-rata 39 minggu, bayi kembar dua umumnya lahir pada kehamilan 35 minggu. Adapun bayi kembar tiga dan kembar empat rata-rata dilahirkan pada usia kehamilan 32 minggu dan 29 minggu.
Kelahiran prematur itu memicu bayi lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2.500 gram. Lebih dari separuh kembar dua dan hampir seluruh kembar lebih dari dua lahir dengan berat badan rendah.
Bayi lahir dengan berat badan rendah kurang dari 1.500 gram dan berumur kurang dari 32 minggu berisiko mengalami sejumlah gangguan, seperti gangguan kecerdasan, cerebral palsy (gangguan gerak, otot, atau postur akibat perkembangan abnormal otak sebelum lahir), serta kurangnya penglihatan dan pendengaran.
”Bisa juga muncul gangguan pencernaan dan pernapasan,” ujar Gatot.
Saat dewasa, bayi dengan berat lahir rendah juga memiliki risiko tinggi terhadap sejumlah penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes, gangguan metabolik, serta gangguan kekebalan tubuh.
Ibu yang mengandung lebih dari satu bayi juga berisiko terserang preeklamsia (tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu) dan menderita diabetes gestasional (kadar gula darah tinggi tiba-tiba saat hamil). Kondisi ibu ini juga bisa berdampak pada bayi.
Meski demikian, Didi menegaskan, tim dokter RSAB HK akan merawat bayi kembar lima yang tersisa dengan penanganan terbaik selama mungkin.
Adapun kondisi sang ibu, Enita, semakin baik. Sejak Kamis pagi, tak ada lagi infus dan kateter yang melekat pada tubuhnya. Ia pun sudah bisa beraktivitas.
”Dua tahun setelah ini, ibu tetap boleh melahirkan asal jangan kembar lagi,” kata Gatot.
0 comments:
Post a Comment